Kelas Diujung Pasang Surut : Potret Perjuangan Anak-Anak Dusun Sungai Bandung Menuju Sekolah

Ahad, 03 Agustus 2025 | 15:00:00 WIB

SERUMPUN.ID — Di tengah genangan air yang merendam kebun kelapa, anak-anak Dusun Sungai Bandung, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, melangkah menuju sekolah dengan semangat yang tak pernah padam.

Setiap pagi, mereka tak berjalan di atas jalan aspal atau jalan tanah seperti anak-anak lain di penjuru negeri ini. Sebaliknya, mereka menyusuri hamparan kebun kelapa yang tergenang air laut, genangan yang bisa mencapai sepinggang orang dewasa, bahkan lebih saat air pasang tinggi.

Yang paling memilukan, bukan hanya medan berat yang mereka tempuh, tetapi juga ketidakpastian yang mereka hadapi setiap harinya. Jadwal sekolah anak-anak ini bergantung sepenuhnya pada pasang surut air laut. Bila air pasang datang di pagi hari, mereka bisa berangkat ke sekolah. Tapi jika air pasang terjadi di sore hari, sekolah pun harus libur. Pola ini bisa berlangsung selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, menjadikan waktu belajar mereka jauh dari kata ideal.

Meski demikian, anak-anak Dusun Sungai Bandung tidak menyerah. Dengan kaki yang basah, seragam tergulung hingga lutut, dan buku yang dibungkus plastik agar tidak basah, mereka terus melangkah. Mereka tahu, satu-satunya jalan keluar dari keterbatasan adalah pendidikan.

Kisah mereka adalah cermin dari realitas yang tersembunyi di pelosok negeri. Dusun ini mungkin jauh dari pusat perhatian, tapi perjuangan anak-anaknya layak mendapat sorotan. Mereka tidak meminta belas kasihan, mereka hanya ingin satu hal: kesempatan yang sama untuk belajar, sebagaimana anak-anak Indonesia lainnya.

Di balik cerita perjuangan anak-anak ini, tersimpan pula luka mendalam yang dirasakan masyarakat setempat. Lebih dari 1.200 hektar kebun kelapa milik warga rusak dan hilang, terendam oleh air laut akibat kenaikan permukaan laut yang terus menggerus tanggul-tanggul pertanian selama lebih dari dua dekade terakhir. Lahan yang dulu menjadi sumber penghidupan utama kini berubah menjadi hamparan air asin yang menyulitkan kehidupan.

Kondisi ini mendesak perhatian semua pihak. Karena jika tidak ada tindakan nyata, bukan hanya pendidikan yang akan hilang, tapi juga masa depan satu generasi di pesisir Indragiri Hilir.

Terkini